![]() |
Citra Margaretha, Kandidat Ketua KONI Pacitan |
KOMINFORMA, PACITAN — Gagasan pembangunan lapangan golf di Pacitan yang semula menjadi wacana segar dalam dunia sport-tourism mendadak menuai respon skeptis dari Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparbudpora), Turmudi. Dalam pernyataannya yang termuat di media Liputan68, Turmudi menyoroti besarnya anggaran dan sulitnya kontur lahan di Pacitan, seolah-olah rencana itu akan membebani APBD.
Menanggapi hal tersebut, Citra Margareth, sosok yang melemparkan ide pembangunan lapangan golf, angkat bicara. Menurutnya, justru pernyataan tersebut mengaburkan pemahaman publik tentang bagaimana lapangan golf dibangun di berbagai wilayah Indonesia.
“Sejak kapan lapangan golf itu dibangun pakai APBD? GOR saja sulit dibangun, apalagi lapangan golf yang nilainya bisa miliaran hingga triliunan. Kalau tetap ngotot pakai APBD, ya jelas ngawur,” ujar Citra, Jum’at (25/7), dengan nada kritis.
Citra mencontohkan sejumlah lapangan golf ternama di Indonesia seperti MAJ Senayan yang dimiliki Gita Wirjawan maupun Royal Jakarta Golf milik Mulyadi, seluruhnya dibangun dan dikembangkan oleh investor, bukan pemerintah.
“Lapangan golf itu memang ranahnya investor dan pengembang. Mereka justru memberi dampak ekonomi bagi daerah, karena ada kontribusi retribusi dan pajak yang masuk ke kas daerah,” lanjutnya.
Menurut Citra, jika Pacitan ingin membangun lapangan golf, maka solusinya jelas, menarik investor dan membuka diri untuk kerja sama jangka panjang. Bahkan jika memungkinkan, bisa dimulai dari studi banding dan pemetaan lahan milik pemda yang strategis untuk digarap investor.
“Kalau memang Pemda punya tanah yang cocok, tinggal bangun kerja sama. Tapi kalau tidak punya, ya tinggal buka ruang untuk investor beli lahan sendiri dan membangun. Jangan malah membuat opini publik seolah-olah membangun lapangan golf itu beban APBD,” kritiknya.
Citra juga menyentil gaya berpikir pejabat daerah yang menurutnya kurang update soal dunia olahraga dan sport-tourism. Ia sendiri merupakan lulusan sekolah golf yang didirikan oleh Gita Wirjawan, dan memahami betul bagaimana proses dan mekanisme pembangunan lapangan golf secara profesional.
“Mungkin Pak Kadis perlu lebih banyak membaca soal bagaimana lapangan golf dibangun. Atau kalau mau, bisa sesekali ngopi di Jakarta, supaya wawasannya lebih terbuka. Dunia golf itu bukan sekadar olahraga, tapi juga strategi investasi dan pengembangan wilayah,” tandasnya.