![]() |
dr Johan Tri Putranto, Kepala Bagian Tata Usaha RSUD Darsono Pacitan |
KOMINFORMA, PACITAN – RSUD dr Darsono Pacitan perlahan tapi pasti sedang bersiap menuju babak baru. Di balik serangkaian inovasi layanan yang tengah dirancang, ada satu nama yang memainkan peran kunci, dr Johan Tri Putranto, Kepala Bagian Tata Usaha RSUD. Ditangannya, Perlahan tapi pasti, rumah sakit ini tak lagi sekadar tempat berobat, tapi juga simbol bahwa perbaikan layanan publik dimulai dari keberanian untuk mendengar dan berbenah.
Sejumlah program strategis tengah disiapkan. Dalam waktu dekat, RSUD Pacitan akan mampu menangani pasien penyakit jantung, saluran kencing (termasuk prostat), hingga gangguan saraf. Tidak hanya itu, pelayanan untuk pasien gagal ginjal akan ditangani secara komprehensif, tanpa harus dirujuk ke luar daerah.
“Pacitan ke depan harus bisa pasang ring jantung sendiri. Begitu juga dengan layanan kemoterapi dan DSA (Digital Subtraction Angiography), itu harus bisa dilakukan secara mandiri,” ungkap dr Johan saat ditemui di ruang kerjanya. (21/7)
Tak hanya fokus pada layanan medis, pembenahan sistem layanan administrasi juga terus dikebut. Salah satu terobosan yang sudah berjalan adalah kebijakan Antaro (Antar Obat), di mana pasien tidak perlu lagi mengantre panjang setelah menerima resep dari dokter. Obat akan diantar langsung ke alamat pasien melalui kurir khusus dengan menggandeng pihak ke tiga.
“Ini bagian dari ikhtiar memperpendek waktu tunggu, mengurangi kerumunan, dan meningkatkan kenyamanan pasien,” jelasnya.
Khusus untuk KJSU (Kesehatan Jiwa, Saluran Kencing, Urologi) dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), RSUD juga menargetkan penguatan layanan berbasis sistem rujukan terpadu, termasuk kesiapan sarana prasarana penunjang seperti ruang khusus, alat medis, dan SDM.
Dengan pola penataan layanan yang terstruktur dan dorongan sumber daya manusia yang adaptif, RSUD dr Darsono tengah menapaki jalan panjang untuk naik kelas. Mimpinya, menjadi rumah sakit regional yang tidak lagi bergantung pada daerah lain untuk penyakit-penyakit kritis dan kronis.
“Pasien stroke, jantung, ginjal, hingga kanker tidak boleh lagi tersisih hanya karena tinggal di daerah. Pacitan harus bisa mandiri,” tegas dr Johan.
Kendati demikian, RSUD dr Darsono Pacitan menyadari masih memiliki sejumlah kekurangan. Keluhan masyarakat, mulai dari kurangnya komunikasi yang efektif dari tenaga medis, hingga lambatnya proses pelayanan, masih kerap muncul. Namun, bagi manajemen rumah sakit, kritik bukan dianggap sebagai hambatan, melainkan sebagai pemicu evaluasi dan perbaikan.
“Kami menyadari masih banyak yang harus dibenahi. Tapi justru karena itulah, kami terus bergerak dan berbenah,” Pungkas dr Johan, merespons sejumlah catatan publik.