Kalila

Kalila

Sejumlah Politikus Pacitan Diisukan Pindah Partai, John Vera: “Kutu Loncat, Nggak Punya Malu”

Redaksi
10 Jul 2025, 11:19 WIB Last Updated 2025-07-11T02:02:30Z
John Vera Tampubolon

KOMINFORMA, PACITAN – Isu politisi pindah haluan dari satu partai ke partai lain makin ramai dibicarakan di Pacitan. Setelah kemunculan wajah Gagarin di spanduk Retreat Nasional Partai Demokrat yang menuai tafsir politik ke mana-mana, kini mencuat kabar bahwa bukan hanya dirinya yang disinyalir tengah bersiap menyeberang ke partai berlogo Mercy tersebut.

Sejumlah nama lain disebut-sebut akan atau sedang menjajaki “pelabuhan politik baru”. Manuver ini sontak menyita perhatian publik, terutama di kalangan pemerhati demokrasi.

Salah satu tokoh yang dikenal vokal di Pacitan, John Vera Tampubolon, dengan lugas menyentil fenomena politisi yang dianggapnya hanya menjadikan partai politik sebagai kendaraan pragmatis semata. 

“Partai politik itu bagi mereka tidak lebih dari sekadar kendaraan politik. Padahal kalau kita memahami politik, itu seharusnya instrumen perjuangan ideologi. Kalau partai cuma dianggap kos-kosan, ya jangan heran kalau mereka mudah pindah sana, pindah sini,” ucapnya. (10/7/2025)

Lebih jauh, ia menilai banyak politisi hari ini tidak benar-benar dibentuk melalui proses kaderisasi yang matang. Maka tak heran jika keluar-masuk partai menjadi perkara mudah, bahkan kadang lebih gampang daripada keluar-masuk grup WhatsApp.

“Politisi hari ini, itu pikirannya cuma untung rugi. Baik secara politik maupun ekonomi. Mereka cari jaminan kemenangan, bukan jalur perjuangan. Begitu merasa partai lama nggak menjanjikan, langsung pindah. Ya maaf saja, itu bukan politisi ideologis, itu mental kutu loncat. Dan ya, saya kira orang seperti itu sebenarnya sudah nggak punya rasa malu,” imbuhnya.

Fenomena ini menambah panjang catatan tentang lemahnya pendidikan politik di tubuh partai politik. Di saat rakyat berharap ada tokoh-tokoh berkomitmen yang membawa agenda perubahan, yang terjadi justru parade perpindahan kapal, sekadar demi peluang menang atau posisi strategis.

Perpindahan-perpindahan semacam ini tampaknya akan makin sering terjadi. Pertanyaannya tinggal satu, berapa banyak dari mereka yang benar-benar berpindah karena gagasan, bukan sekadar peluang? (red)
Komentar

Tampilkan